Benarkah Peristiwa Dukhan 15 Ramadhan itu akan Terjadi?

Benarkah Peristiwa Dukhan 15 Ramadhan itu akan Terjadi?

Benarkah Peristiwa Dukhan 15 Ramadhan itu akan Terjadi?

Dukhan 15 Ramadhan, Benarkah Peristiwa itu akan Terjadi?

Dr Amirsyah Tambunan, Wakil Sekjen Majelis Ulama Indonesia dan Sekjen Asosiasi Dosen Indonesia (ADI)

Membaca fenomena alam baik yang terdapat dalam Alquran maupun alam (kauniyah)  diperlukan  kesunguhan umat Islam agar dapat  menangkap pesan Alquran dalam rangka meningkatkan kesadaran yang mendalam untuk menggali ilmu pengetahuan dan teknilogi yang sejalan dengan prinsip Alquran dan sunnah serta ijtihad ulama. 

Salam satu contoh akhir-akhir ini banyak sekali pertanyaan seputar hadits  terkait akan terjadi huru-hara pada pertengahan Ramadhan yang bertepatan dengan Jumat dikaitkan dengan terjadi dukhan.

Para ulama hadits terdahulu maupun yang hidup di zaman sekarang telah menerangkan dengan jelas dan gamblang bahwa hadits-hadits yang berbicara tentang masalah  huru hara tersebut tidak ada satu pun yang sahih.

Dalam konteks ini Allah SWT berfirman: 

Artinya:
“Maka tunggulah hari ketika langit membawa dukhan (kabut) yang nyata. yang meliputi manusia. Inilah azab yang pedih.” (QS Ad Dukhan ayat 10 – 11).

Imam Al Qurthubi dalam Tafsir-nya menjelaskan tentang makna ad dukhan dalam ayat ini:

Artinya:
“Makna ad dukhan ada tiga pendapat:

Pertama, ad dukhan adalah salah satu tanda hari kiamat yang belum terjadi. Diantara yang berpendapat demikian adalah Ali, Ibnu Abbas, Ibnu ‘Amr, Abu Hurairah, Zaid bin Ali, Al Hasan dan Ibnu Abi Mulaikah.

Kedua, ad dukhan adalah khayalan yang menimpa kaum Quraisy ketika mereka mengalami kelaparan ekstrem atas doa Nabi SAW. Sehingga orang-orang ketika itu seperti melihat dukhan (asap) di antara langit dan bumi. Ini adalah pendapat Ibnu Mas’ud.  

Ketiga, ad dukhan adalah debu yang mengepul di hari Fathu Makkah, sehingga menutupi langit. Ini adalah pendapat Abdurrahman Al A’raj”.  

Tanda Akhir Zaman yang belum terjadi. Tafsiran pertama adalah tafsiran yang lebih rajih, dirajihkan Ibnu Katsir. 

Ayat di atas menunjukkan akan adanya ad dukhan sebagai salah satu tanda hari kiamat. Sebagaimana disebutkan dalam hadits dari Hudzaifah bin Usaid RA, Nabi SAW bersabda:

Artinya:
“Tidak akan terjadi hari kiamat hingga kalian melihat sepuluh tanda: bencana penenggelaman manusia ke tanah di negeri barat, negeri timur dan di jazirah Arab, terjadi ad dukhan, munculnya Dajjal, munculnya dabbah, munculnya Ya’juj dan Ma’juj, terbitnya matahari dari barat, munculnya api yang keluar cekungan Aden yang mengusir manusia” (HR Muslim no: 2901). 

Dalam konteks ini umat Islam di perintahkan Allah  senantiasa waspada, hati hati agar senantiasa menjadi insan yang bertakwa. Untuk itu harus bertanya kepada ahlinya  Qs Al Anbiya'7:  

Artinya : “Kami tiada mengutus rasul rasul sebelum kamu (Muhammad), melainkan beberapa orang-laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka, maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahui.” 

Dalam masalah ini penulis telah melakukan konfirmasi kepada Dr  Agus Salim mantan Dekan Fakultas Sains dan Teknologi UIN Jakata. Merujuk pada penelitian NASA  bahwa asteorid yang akan melintasi bumi Jumat 8 Mei 2020 atau Jumat 15 Ramadhan 1441 H berkategori aman dan tidak membahayakan bumi. 

Praktisi modellling untuk prediksi fenomena alam  bidang ekologi terapan permodelan dinamik untuk manajemen kerusakan lingkungan pesisir kelautan dan biologi di Fakultas Sains dan Teknologi UIN Jakarta  itu menjelaskan, pergerakan lintasannya bisa dilihat di WEB NASA seperti halnya dokumentasi pergerakan asteroid 1998 UR2 ke bumi yang aman 29 April yang baru lalu.  

Sebaliknya jika Asteroid menabrak bumi, maka dampaknya  bukan hanya timbul saat kejadian. Namun juga menimbulkan efek setelahnya. "Berjuta ton permukaan bumi akan naik ke udara, menyebabkan matahari tak bisa menyinari permukaan bumi, membuat suhu global akan turun. Tentu saja kita tidak bisa hidup tanpa sinar matahari, tanaman akan mati, akan sulit untuk bisa bertahan dari efek yang ditimbulkan setelahnya. Akan terjadi banyak badai karena perubahan suhu global. Adanya musim dingin panjang yang bisa ber- karena tidak adanya sinar matahari, ini fatal  buat kehidupan. 

Para astronom menyadari hal ini pada  2013 ketika sebuah asteroid yang tidak terdeteksi meledak di atas Oblast Chelyabinks Rusia. Serangan asteroid yang tidak disangka-sangka bisa merusak lebih dari 7.000 bangunan dalam radius yang cukup lebar. Ketika batuan yang memiliki lebar 65,6 kaki (20 meter) meledak dengan kekuatan 30 kali bom Hiroshima, pecahannya akan bisa melukai lebih dari 1.000 orang,” kata Agus Salim. 

Untuk itu beliau mengaku bahwa  pandangan NASA dengan pandangan beberapa ustadz agak berbeda. Hal ini terkait dengan viralnya pendapat sejumlah ustadz  mengenai hadits  di mana masyarakat khawatir akan terjadi ad dukhan pada 15 Ramadan 2020. 

Dukhan terjadi pada fase keempat, fase dimana umat Islam dipimpin pemimpin yang diktator. Dukhan merupakan kabut asap yang gelap, tebal, tidak ada oksigen, dan teramat panas sehingga mengakibatkan bumi gelap gulita dikaitkan dengan tanda tanda datangnya hari kiamat. Informasi ini perlu diluruskan. Apalagi dikaitkan dengan hadits yang diriwayatkan dari sahabat Nabi Abdullah bin Mas‘ud yang pernah mendengar Nabi SAW bersabda: 

Artinya: Bila terdengar suara dahsyat terjadi pada Ramadhan, maka akan terjadi suatu huru-hara pada Syawal, semua suku akan saling berselisih pada bulan Zulqaidah, pertumpahan darah terjadi pada Zulhijah dan Muharam, dan apa itu Muharam?

“Pada bulan itu banyak manusia yang terbunuh.” Rasulullah sampai mengulangnya tiga kali. Para sahabat pun bertanya, “Suara dahsyat apa itu, Rasul?” Rasulullah menjawab, “Suara keras yang terjadi pada pertengahan Ramadhan, yaitu tepatnya malam Jumat.” 

Sekali lagi hadits ini dinilai palsu, karena sisi rawi dan substansinya tidak sesuai. Oleh sebab itu umat Islam harus hati hati menerima informasi agar tidak menyelesatkan umat.

Lagi pula para ilmuan sebagai tempat kita bertanya telah menyatakan  aman, insya Allah tidak akan terjadi huru hara, pertumpahan darah pada 15 Ramadhan 1441 H. Karena Islam agama yang mengajarkan rasa aman, nyaman dan damai, saling menyelamatkan kehidupan manusia di muka bumi. Kita patut bersyukur dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Mengapa Kita Wajib Mandi Junub Usai Berhubungan Intim

Mengapa Kita Wajib Mandi Junub Usai Berhubungan Intim



Mengapa Kita Wajib Mandi Junub Usai Berhubungan Intim

Prof Nasaruddin Umar, Imam Besar Masjid Istiqlal

Berbagai amalan yang diberlakukan dalam Islam senantiasa mempunyai hikmah dan manfaat. Tak terkecuali kewajiban mandi junub bagi mereka yang berhadas besar. Apa rahasia di balik mandi junub?  

Ibnu Arabi memberikan penjelasan menarik dalam kitab Futuhat al-Makkiyyah-nya tentang rahasia di balik mandi junub. Mengapa orang harus mandi junub seusai melakukan hubungan suami istri? Bagi Ibnu ‘Arabi, mandi junub merupakan salah satu bentuk ungkapan penyesalan terhadap Tuhan setelah yang bersangkutan melupakan Tuhannya karena menikmati orgasme biologis.

Ia harus mandi dan menyucikan dirinya kembali agar peluang untuk mencapai kepuasan spiritual tidak terdistorsi dengan kenikmatan dan kepuasan biologis yang baru saja dilakukan. Itulah sebabnya kita dianjurkan berdoa sebelum melakukan hubungan suami istri. Redaksinya dicontohkan langsung oleh Rasul, “Ya Allah jauhkanlah kami dari pengaruh setan dan jauhkan pula pengaruhnya terhadap rezeki yang engkau anugerahkan kepada kami.” Doa ini sangat populer sebagai doa pengantin baru.

Dalam dunia spiritual, konsep azwaj dikaji lebih mendalam. Menurut Nasafi, sebagaimana dikutip di dalam The Tao of Islam, Tuhan yang Maha mandiri, tempat segala sesuatu tergantung kepada-Nya (Allah as-shamad), dianggap sebagai zat yang wajib wujudnya (wajib al-wujud), sedangkan makhluk-Nya disebut zat yang mungkin wujudnya (mumkin al-wujud) karena keberadaannya sangat tergantung kepada kehendak-Nya dan keutuhan serta kelestariannya sangat tergantung kepada interaksi pasangannya.

Dicontohkan langit dan bumi; langit memberi atau melimpahkan (al-faidl) dan bumi menerima atau menampung (istifadlah). Menurut Jalaluddin Rumi, langit adalah laki-laki (suami) dan bumi adalah perempuan (istri). Hubungan antara keduanya sebagaimana layaknya hubungan antara suami dan istri atau menurut Murata hubungan antara keduanya dapat diterangkan melalui hubungan yin dan yang dalam Taoisme.

Ibn ‘Arabi juga memberikan pernyataan yang hampir sama; langit diumpamakan dengan suami dan bumi sebagai istri sebagaimana layaknya dalam kehidupan rumah tangga. Sebagaimana ia menjelaskan:

“Dan Allah menjadikan bumi bagaikan istri dan langit bagaikan suami. Langit memberikan kepada bumi sebagian dari perintah yang diwahyukan Tuhan, sebagaimana laki-laki memberikan air ke dalam diri perempuan melalui ‘hubungan suami-istri’. Ketika pemberian itu berlangsung, bumi mengeluarkan seluruh tingkatan benda-benda yang disembunyikan Tuhan di dalamnya.

Jika langit menurunkan airnya ke perut bumi maka akan lahirlah anak-anak biologis, seperti tumbuh-tumbuhan dan binatang. Demikian pula halnya manusia, pemberian air (sperma) kepada perempuan akan menyebabkan tumbuhnya janin dalam rahim dan selanjutnya lahir manusia.

Jika sang suami (langit) akan ‘berhubungan’ dengan sang istri (bumi), terlebih dahulu diawali dengan sebuah prolog berupa mendung, kilat, atau guntur untuk memberikan kesiapan bumi menerima limpahan air sang suami. Ini dapat dianalogikan perintah Rasulullah kepada para suami sebelum melakukan hubungan suami-istri agar didahului dengan cumbu-rayu (mula’abah).”  Secara medis tradisi seperti ini memang sangat positif untuk melahirkan kepuasan lahir batin.