Pesona Alam Wisata Sabang dan Legenda Pulau Rubiah

Pesona Alam Wisata Sabang dan Legenda Pulau Rubiah

Pesona Alam Wisata Sabang dan Legenda Pulau Rubiah
view depan pulau Rubiah
Travellink InfoLegenda Pulau Rubiah, Sabang, Bagi anda yang menyukai travel tentu tidak asing lagi dengan Pulau Weh atau Pulau sabang. Banyak Wisatawan asing yang memilih destinasi wisatanya nya ke pulau ini. begitu juga dengan wisatawan domestik yang akan memadati pulau sabang pada hari libur untuk sekedar melepaskan penat setelah menjalani aktifitas.

Di pulau sabang sendiri banyak spot destinasi wisata yang menarik, dan berbagai aktivitas bisa di jalani baik bersepeda, hiking, diving, montaineering dll. begitu juga dengan spot wisata diantaranya Air terjun, wisata sejarah goa, dan heritage lainnya yang tersebut di pulau destinasi ini.

Pulau Rubiah salah satu objek wisata dengan menghadirkan panorama dan pantai. namun tahukah anda bagaimana asal usul dari Pulau rubiah yang banyak dikunjungi oleh wisatawan ini. Pulau Rubiah terpisah dengan Pulau Induknya, Rubiah merupakan satu nama orang yang diambil dari nama Siti Rubiah yang ditabalkan menjadi sebuah nama di Kelurahan Iboih Kecamatan Sukakarya Kota Sabang. Siti Rubiah adalah anak dari Tengku Mustafa dan bersuamikan Tengku Ibrahim yang digelar juga Tengku Iboih yang berasal dari Iboih Pidie. 

Pada masa Sultanah Ratu Syafiatudin, Tengku Ibrahim adalah salah seorang ulama dan menantu dari Tengku Mustafa yang ada di Iboih Pidie. dan merupakan salah seorang ulama yang setuju bahwasanya seorang wanita Ratu Syafiatudin itu menjadi Pimpinan Kerajaan pada masa itu, sehingga dianya mengasingkan diri kesebuah Pulau yang disebut Pulau Weh.

Baca Juga :
Setelah menetap beberapa saat di Pulau Weh dan mengadakan aktifitas sebagai guru ngaji dan lain-lainnya dan tak berapa lama sang istri yang bernama Siti Rubiah menyusul dan menetap di Pulau Weh. 

Setelah beberapa tahun Tengku Ibrahim dan Siti Rubiah menetap di Pulau Weh , suatu ketika terjadilah selisih paham antara keduanya yang disebabkan karma ketika Siti Rubiah datang ke Pulau Weh , dia datang bersama keponakannya dan membawa seekor anjing. 

Menurut Tengku Ibrahim memelihara anjing adalah haram dalam Islam, sedangkan Siti Rubiah menganggap anjing itu penjaga dari binatang buas apabila sewaktu-waktu diganggu oleh binatang buas dan mengikut sertakan seoarang laki-laki bersama Siti Rubiah yang bukan muhrimnya itu dilarang dalam agama sehingga terjadilah konflik antara keduanya serta huru hara yang tidak dapat dihindari sehingga terjadilah pertengkaran hebat antara keduanya. 

Legenda Pulau Rubiah, Sabang

Dari hasil musyawarah dari keduanya yang difasilitasi oleh masyarakat sekitarnya karena sudah berlainan faham maka harta kekayaan dibagi dua dengan catatan binatang ternak jadi milik Siti Rubiah sedangkan tumbuh-tumbuhan atau tempat tinggal dibagi menjadi dua lokasi, lokasi pertama di Iboih jatuh untuk Tengku Ibrahim sedangkan yang dipulau sebelahnya menjadi milik Siti Rubiah. 

Pada saat klimak pembagian harta binatang ternak maka kerbau, kambing, ayam, itik dan dan lainnya ikut Siti Rubiah yang bersebelahan dengan Iboih, dengan amarahnya Tengku Ibrahim menyumpah binatang-binatang ternak itu khususnya kerbau yang ikut Siti Rubiah kepulau sebelah dikutuk menjadi batu yang sekarang ini namanya Batu Meuron-Ron.

Maka menetapkan Siti Rubiah dipulau tersebut dengan binatang yang selamat dan santri-santri yang ada disekitarnya, untuk kelompok pengajian menuntut ilmu agama dan berawal dari situlah nama Siti Rubiah itu ditabalkan menjadi nama Pulau Rubiah dan ianya adalah salah seorang aulia keramat 44 sampai sekarang masih dipercaya adanya sampai sekarang.
Anda tertarik dengan Pesona Alam Wisata Sabang dan Legenda Pulau Rubiah, Selamat menikmati Pesona Alam Wisata Sabang dan Legenda Pulau Rubiah.
Sumber; sabangtourism.asia
Sejarah Balai Perguruan Putri (Van Deventer school) di Bandung

Sejarah Balai Perguruan Putri (Van Deventer school) di Bandung

Foto Wisma Balai Perguruan Putri Bandung

Balai Perguruan Putri Bandung - Bandung selain mempunyai tempat wisata yang eksotis juga memiliki tempat wisata sejarah. Bila Anda berkunjung ke kawasan Bandung utara, ada salah satu bangunan peninggalan Belanda di Bandung adalah lembaga pendidikan Balai Perguruan Putri atau Van Deventer Vereeniging Vor West Java.

Kini bangunan tersebut dikenal dengan Balai Perguruan Putri Bandung (BPP ) di Jalan Van Deventer No 14, Bandung. Sekolah ini didirikan untuk mengenang jasa Mr. Conrad Theodore van Deventer. Sekolah ini kemudian dikenal dengan nama Balai Perguruan Putri. Ini merupakan sebuah sekolah guru putri (meisjenormaalschool) pada zaman kolonial Belanda.

Mencetak Guru-Guru Putri

Sementara sosok Van Deventer sendiri ialah orang ahli hukum dari negeri Kincir Angin yang memprakarsai politik etis (politik balas budi Belanda kepada pribumi). Untuk itu, keluarga Van Deventer mendirikan Van Deventerschool di Bandung, beberapa tahun kemudian van Deventer meninggal. Van Deventerschooldiresmikan pada 24 Juli 1919 oleh istri Gubernur Jenderal Ny. Gravin van Limburg Stirum Sminia.

Van Deventerschool/Van Deventer Vereeniging Vor West Java telah mencetak guru-guru putri hampir dua puluh tahun lamanya. Murid-muridnya pun berasal dari berbagai daerah. Hal ini karena Van Deventerschool tak ada di semua wilayah Hindia Belanda.

Murid-muridnya pun tak terbatas pada kalangan bangsawan saja. Sayangnya, keadaan itu harus berubah saat pendudukan Jepang pada tahun 1942. Van Deventerschool Bandung harus dibubarkan.

Markas Tentara Hingga Wisma

Sekolah Balai Perguruan Putri Bandung lalu dijadikan markas tentara, sedangkan murid-muridnya terpaksa diungsikan ke Sekolah Guru Putri Yogyakarta. Van Deventerschool harus pindah ke Belanda. Bangunan warisan Belanda ini pun pernah digunakan ITB (Institut Teknologi Bandung) dan STO (Sekolah Tinggi Olahraga).

Namun, pada 1952, perwakilan dari Belanda menyerahkan Van Deventerschool, termasuk semua kekayaan, bangunan sekolah dan tanahnya kepada sejumlah alumni dan tokoh pendidikan di Jawa Barat. Atas keputusan bersama, nama sekolah ikut berganti pada 1953, yakni menjadi Balai Perguruan Putri (BPP).

Sampai kini bangunan itu masih berfungsi sebagai sekolah. Terdapat 3 tingkatan pendidikan yang menempati kompleks tersebut: Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Taman Kanak-kanak (TK).  Bangunan bersejarah ini sebagian besar masih menggunakan bangunan lama peninggalan Belanda.

Namun, ada beberapa bangunan baru dan bangunan lama direnovasi. Khusus untuk bangunan lama, tak ada sedikit pun yang diubah secara drastis. Termasuk dalam kompleks tersebut terdapat wisma yang sekarang diberi nama Wisma Van Deventer.

Wisma Balai Perguruan Putri Bandung ini terbilang baru meskipun bangunannya menggunakan bangunan lama. Wisma ini diresmikan 11 Desember 2006 oleh istri Danny Setiawan, Gubernur Jawa Barat saat itu. Wisma berkapasitas 150 tamu itu disewakan kepada masyarakat, lalu hasil sewanya digunakan untuk menunjang operasional sekolah.