Anda pasti pernah memakan durian. Namun, bila durian dijadikan gulai lemak, pasti anda belum mengetahuinya. Di Provinsi Aceh bagian pesisir barat, dikenal kuliner khas aceh berupa kuliner gulai jruek drien ataupun bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia berarti ‘asam durian’.
Jika pada artikel sebelumnya kuah plik merupakan fragmentasi kelapa, jruek drien juga dibuat dari proses fragmentasi durian. Durian yang akan dijadikan jruek biasanya durian yang sudah masam. Selanjutnya, daging durian tersebut dipisahkan dari bijinya dan ditampung dalam stoples dalam kurun waktu seminggu. Semakin asam dan pekat jruek tersebut, maka kualitas rasanya semakin enak.
Proses pembuatan gulai jruek drien terbilang sangat sederhana. Adapun sayur-sayuran yang diperlukan semuanya tersedia di pekarangan rumah. Misalnya, daun singkong, terong, kacang panjang, daun tapak leman, dan daun jeruk perut.
Seluruh sayuran tersebut dipotong sesuai dengan selera. Masukkan sayuran tersebut ke dalam wajan yang telah disediakan. Aduk jruk drien dengan sayuran yang telah dipotong tadi. Agar penampilan jruek drien semakin memikat, tambahkan udang ke dalam gulai ini.
Kemudian tambahkan air dan garam berserta rempah-rempah sebagai penyedap rasa. Tunggu hingga semua sayuran tadi empuk, dan jruek drien siap disantap.
Kelezatan gulai jruek drien membuat sebagian besar pencinta kuliner ketagihan. Hal ini disebabkan rasa asam yang dihasilkan dari durian dan lemak dari santan kelapa benarbenar
membuat lidah bergoyang.
Namun, selain jruek drien dikenal juga dengan gulai jruek mancang (mamplam). Rasanya pun hampir sama, tetapi jruek mancang sering dibuat untuk gulai ikan payau. Bagi anak-anak, menyantap jruek drien ada kesenangan tersendiri, yakni berusaha menemukan udang yang tersembunyi di dalam gulai tadi.
Berbeda dengan kuah plik, gulai jruek drien jarang dijumpai di rumah makan. Jadi, bagi yang menginginkan silakan meminta kesediaan warga setempat, ataupun meminta orang tuanya memasak gulai ini.